[FF NC] The First and The Last

Donghae samar-samar mendengar suara kelontangan, namun rasa kantuk dan capek lebih menguasainya. Jadi ia memilih untuk mengabaikannya dan melanjutkan petualangan dalam dunia mimpi.

Namun sedetik kemudian, begitu menurutnya, pintu kamarnya dibuka.

“Donghae-oppa, ireona, kalau tidak bangun sekarang kau bisa terlambat.”

Donghae kenal suara itu, suara yeoja chingunya yang sedang berusaha membangunkannya dengan mengguncang tubuhnya pelan.

“mm..”

Donghae menggeliat, ia berusaha untuk membuka matanya, mengerjapkannya beberapa kali untuk membiasakan dengan cahaya.

“Jagi? Kenapa…hoamm kenapa kau disini sepagi ini?” tanyanya sambil sesekali masih menguap.

Yeoja chingunya, Han Yoora, tersenyum.

“Aku tidak tahu, tiba-tiba aku merasa ingin bertemu denganmu.”

Donghae mengangguk paham.

“Ah, bagaimana caramu masuk?” tanyanya lagi.

Yoora tersenyum lebar, lalu menunjukkan kunci duplikat apartemennya.

“c’mon Lee Donghae, wake up. Aku sudah menyiapkan sarapan.”

Yoora menarik tangan Donghae.

Dengan sedikit malas namja berbadan tegap dan berwajah cute itu menyeret tubuhnya bergerak ke kamar mandi.

Yoora memilihkan kemeja, celana dan jas yang akan dipakai Donghae, ia punya firasat kuat bahwa Donghae berniat memakai baju-baju yang ia pilihkan.

Benar saja, wajah Donghae menunjukkan keheranan yang amat sangat.

“Waeyo?” tanya Yoora.

Donghae menggeleng pelan, tapi wajahnya masih menunjukkan keheranan.

“Geureom..aku tunggu di ruang makan oppa.” ujar Yoora sambil tersenyum lalu meninggalkan Donghae di kamarnya.

“Bagaimana dia bisa tahu kalau aku ingin memakai setelan ini?” tanya Donghae pelan entah ditujukan pada siapa.

“Ayo duduk oppa, cepat makan sebelum dingin.” ujar Yoora sambil tersenyum.

Lagi-lagi Donghae dibuat terkejut, makanan yang disiapkan Yoora entah kenapa sesuai dengan keinginannya.

“Aku ingin tahu apa kau bisa membaca pikiranku..” gumamnya pelan, Yoora memiringkan kepalanya.

“Oppa bilang apa?”

“Eh? Ah tidak, kebetulan aku memang ingin makan makanan ini.” ujar Donghae.

“Ah, jinjja? Baguslah, makanlah dengan lahap oppa, habiskan saja.”

Donghae tersenyum dan mengangguk, lalu menyantap sarapannya dengan lahap.

‘Kalau nanti dia merapikan dasiku, aku akan mengecup keningnya.’ ujar Donghae dalam hati.

Donghae bangkit setelah menyelesaikan sarapannya, menghampiri kaca besar untuk membenarkan dasinya sebelum kedua tangan Yoora mengambil alih.

Donghae mengangkat satu alisnya.

‘Dia benar-benar bisa membaca pikiranku’ pikirnya.

Donghae tersenyum lalu mencium kening gadis itu.

“Apa oppa besok senggang?” tanya Yoora ketika mengantar Donghae ke pintu depan.

“emm, entahlah, waeyo?”

“ah aku..aku ingin kita berkencan, ke taman bermain? Sudah lama kita tidak pergi bersama, aku ingin ke taman bermain.. Eottohkae?”

Yoora menatap Donghae dengan tatapan kekanakannya, ia juga menggigit bibir bawahnya.

Menunjukkan sisi aegyo, biasanya berhasil meluluhkan Donghae.

“Haruskah kau berpose seperti itu? Haha arrasseo, besok malam kita..”

“Ani! Besok pagi, aku mau kita pergi besok pagi.”

Donghae menatap Yoora heran, ia merasa hari ini Yoora sangat aneh dan bertingkah tidak seperti biasanya.

“Aku tidak tahu kau kenapa, sangat aneh tingkahmu hari ini.” ujar Donghae.

“Aku hanya ingin bermain berdua dengan oppa, tidak boleh?”

Yoora mengerucutkan bibirnya, pose aegyo keduanya.

“ah ye, arrasseo, besok kita pergi.”

Yoora tersenyum lebar lalu mengecup pipi Donghae.

“Gomawo oppa”

“Hanya disitu?” tanya Donghae.

“Iya, aku hanya ingin ke taman bermain.”

“Ani, maksudku ciumanmu, hanya di pipiku?”

Donghae tersenyum jahil.

“Sudah..oppa berangkat saja sana, nanti terlambat.” ujar Yoora dengan wajah memerah.

“Ah kalau begitu besok tidak jadi saja.” ucap Donghae sambil menyedekapkan kedua tangannya, ia memasang wajah serius.

“Oppa~”

Donghae menunjuk bibirnya.

Yoora mengerucutkan bibirnya, lalu berjnjit untuk mengecup bibir Donghae sekilas.

Namun Donghae justru mengunci kepala Yoora, melumat bibir gadis itu lambat, dan menghisapnya pelan.

“mmph..sudah oppa!”

Yoora mendorong tubuh Donghae pelan, wajahnya sudah benar-benar merah, kontras dengan wajah Donghae yang tersenyum puas.

“Aku berangkat dulu, sampai jumpa besok pagi.” ujar Donghae lalu mengacak rambut Yoora pelan, dan berangkat kerja.

***

“Oppa, ayo kita naik itu.” seru Yoora bersemangat sambil menunjuk area permainan roller coaster.

Donghae menatap area tersebut sedikit ngeri dengan jalurnya yang meliuk-liuk.

“err..kita cari minum dulu yah, aku haus..”

Donghae menatap memohon pada Yoora.

Gadis itu menghela napas.

“Geureom haraboji, kita beli minuman.”

“Mwohae? Haraboji? Ya! Han Yoora! Durhaka kau ya”

Donghae mengelitiki pinggang Yoora

“Ah ampun oppa…ampun..”

Donghae tertawa melihat wajah tersiksa Yoora.

“Anak muda, kemarilah, biar aku ramal kalian..”

Mereka berdua serempak menoleh, mendapati seorang nenek peramal.

Nenek itu tidak melihat ke arah mereka, hanya menunduk ke arah kartu-kartu tarotnya.

Yoora tertarik, ia ingin diramal.

“Sudahlah, jangan percaya hal-hal begitu.”

Donghae menarik tangan Yoora, namun gadis itu tidak bergerak.

“Sebentar saja? Yah?”

Yoora tidak menunggu jawaban Donghae dan langsung mendekati nenek itu. Dengan langkah malas Donghae pun mengikutinya.

“Hidupmu tidak lama lagi, manfaatkan kesempatan mu nak..”

Nenek itu menatap Donghae dengan sendu.

“Ayo kita pergi.” ujar Donghae datar lalu menarik tangan Yoora, mengajaknya menjauh dari si nenek peramal.

“Geundae…aku masih ingin…”

“Jangan membantahku.” potong Donghae.

Yoora terdiam, ia memilih untuk mengikuti langkah lebar Donghae.

***

‘Hidupmu tidak lama lagi, manfaatkan hidupmu nak..’

Kata-kata si nenek peramal terus terngiang di telinga Donghae.

“Sial.” umpatnya.

Dia benar-benar tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya.

‘Secangkir kopi mungkin bisa menjernihkan kepalaku.’ pikirnya.

Baru dia akan berdiri, secangkir kopi sudah ada di hadapannya.

“Bagaimana kau tahu aku inginkan kopi?” tanya Donghae benar-benar heran.

Yoora tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.

“Gomawo” ujar Donghae memberikan senyum tulusnya.

Donghae meminum kopinya sedikit, lalu kembali melanjutkan mengerjakan tugas kantornya.

“Masih banyak?” tanya Yoora, ia melingkarkan kedua tangannya di leher Donghae.

“Begitulah, waeyo?” tanya Donghae sedikit acuh.

Yoora tidak menjawab, ia justru meniup telinga Donghae.

“Yoora-ah..apa yang kau lakukan hm? Jangan ganggu aku dulu.”

“Aku ingin bermesraan dengan oppa..” ujar Yoora pelan.

Gadis itu masih menggoda Donghae, sengaja ia menempelkan bibirnya di leher Donghae, dikecupnya perlahan, dan dihembuskan napasnya pelan.

“Ahhss jinjjaa Han Yoora! Kau ini kenapa?”

Donghae memutar kursinya menghadap Yoora, menatapnya tajam.

“Aku ingin bermesraan dengan oppa..malam ini saja..pekerjaan oppa kan bisa dilakukan nanti.” pinta Yoora.

Donghae menjawab dengan gelengan.

“Kau ini kenapa? Tidak biasanya sikapmu begini.. Aku tidak bisa menemanimu bermain Yoora-ah..”

Donghae kembali memutar kursinya menghadap meja.

Yoora mengerucutkan mulutnya, kesal keinginannya tidak terpenuhi.

Nekat, ia memutar kursi Donghae, membuat alis namja itu bertaut dan menatapnya tajam.

Berusaha mengabaikan tatapan tajam Donghae, Yoora duduk di pangkuannya,mengalungkan kedua lengannya ke leher Donghae.

“Yoora-ah…”

Yoora tidak merespon, gadis itu mengelus pipi Donghae.

Donghae benar-benar heran dengan tingkah Yoora yang menjadi sangat agresif.

“Yoora-ah, jangan begini..” ujar Donghae penuh kesabaran.

Yoora tetap tidak menjawab, jemarinya masih menyusuri lekuk wajah namja yang dicintainya. Kemudian air mata Yoora menetes.

“Hey…kenapa menangis? Apa perkataanku terlalu kasar? Mianhae..” ujar Donghae lembut lalu menghapus air mata gadis itu dengan kedua jempol tangannya.

Yoora menggeleng pelan lalu memeluk Donghae, masih terisak.

“Oppa…nan jeongmal saranghaeyo…” bisik gadis itu di sela isak tangisnya.

Donghae mengelus rambut Yoora.

“Nado saranghae Han Yoora..ssh uljima..”

“Aku…oppa, aku mau dijodohkan! Aku..aku tidak bisa menolaknya, aku harus melakukannya..karena semua menyangkut kelangsungan keluargaku..oppa mianhae..”

Donghae terhenyak mendengarnya.

Shock, marah, kecewa, sedih, semua bercampur aduk dirasakannya.

Ia masih mengelus rambut Yoora namun bibirnya tidak mengeluarkan sepatah katapun.

“Aku hanya ingin melakukannya dengan oppa..yang pertama..aku ingin oppa yang mengambilnya..oppa..jebal…”

Yoora menatap memohon kepada Donghae dengan airmata yang masih terus mengalir.

“Kenapa baru sekarang kau mengatakannya? Jadi itu alasan kau jadi aneh akhir-akhir ini?”

Yoora tidak memberi jawaban, ia menundukkan kepalanya.

“Aku…aku tidak tahu Yoora,ini..ini sangat membingungkan..” ujar Donghae lelah.

“Aku ingin yang pertama untuk oppa..seandainya aku bisa..selamanya hanya bersa..”

“Kapan pernikahanmu?” potong Donghae.

“Minggu depan..” jawab Yoora lirih.

Donghae mendesah kesal.

“Aku tetap tidak bisa Yoora-ah, aku tidak ingin menyaki..aahh..”

Donghae mendesah karena saat itu Yoora memilih untuk menggoda Donghae lebih dulu. Tangannya diam-diam bergerak mengelus organ sensitif Donghae.

“Han Yoora…” desis Donghae lalu mencekal tangan jahil Yoora.

“Kau benar-benar ingin mengujiku hm?”

Yoora hanya menunduk, ia tidak tahu lagi bagaimana agar Donghae mau menurutinya.

Donghae mengangkat wajah Yoora.

“Baiklah, kau yang minta kan? Jangan salahkan aku kalau kau kesakitan.” ucap Donghae lalu mencium Yoora dengan ganas.

Dilahapnya bibir Yoora, dijilatinya, dan dihisapnya perlahan.

Yoora melingkarkan kedua tangannya di leher Donghae, berusaha menciptakan keadaan yang membuat mereka berdua semakin bergairah.

Ciuman Donghae berubah semakin dalam, lidahnya menari di dalam rongga mulut Yoora dengan liarnya, seakan-akan bibir mereka menyatu.

Beberapa saat kemudian mereka saling melepaskan diri untuk bernapas.

Donghae menatap Yoora dengan lembut, tangannya menggelitiki punggungYoora.

“Kenapa kau menginginkannya?” tanya Donghae.

“Karena kita tidak tahu kapan kematian itu datang kan?”

Donghae mengernyitkan dahinya.

‘Apa dia tahu?’ tanyanya dalam hati.

Donghae ingin bertanya tapi terlambat, bibirnya sudah dikunci oleh Yoora.

Keduanya asyik memagut satu sama lain, menyentuh dan meraba tubuh pasangannya.

Ingin memancing reaksi Yoora, tangan Donghae bergerak mengelus tubuh bagian bawah Yoora.

Pantat gadis itu digelitikinya.

Sesuai dugaannya, Yoora bergerak gelisah, namun Donghae tidak melepaskan ciumannya.

Jemari nakal Donghae menari di sekitar hole Yoora.

Yoora pun melepas ciumannya, napasnya terengah-engah antar kehabisan napas dan gairah.

“Waeyo?” tanya Donghae sambil tersenyum.

Yoora merasa diremehkan Donghae, dan ia berniat membalasnya.

Tangannya ia letakkan kembali di atas alat kejantanan Donghae, dan ketika ia mengelusnya sangat perlahan, organ itu berdenyut-denyut.

Yoora melirik ekspresi Donghae dan tersenyum penuh kemenangan.

Donghae mendecakkan lidahnya.

“Kau ini..”

Donghae langsung memindahkan tangannya ke selangkangan Yoora, ditekan-tekannya lembut sehingga Yoora terkesiap.

“Aaahhh oppaa ah…”

Donghae tertawa kecil.

“Disini tidak nyaman, ayo kita lakukan di tempat lain.” ujar Donghae lalu menggendong Yoora ke tempat tidur.

Donghae memasang posisi di atas tubuh Yoora, ia tersenyum pada gadis itu seolah meminta ijin.

Diciuminya seluruh wajah Yoora dengan lembut. Lalu ciumannya berpindah, leher Yoora diciuminya perlahan, dihirupnya aroma gadis itu.

Dan ciumannya berubah semakin dalam.

Donghae menghisap pelan leher Yoora, meninggalkan bekas kemerahan layaknya gigitan nyamuk.

“aaah…” desah Yoora.

Kedua Tangannya mencengkram punggung kaos Donghae.

Desahan-desahan Yoora membuat gairah Donghae yang awalnya redup berubah menyala-nyala.

Tangannya tidak tinggal diam.

Jika biasanya pria memulai merangsang dari tubuh bagian atas wanita, Donghae justru bermain langsung di vagina Yoora.

Tangannya secara perlahan dan menggelitik menjalar dari paha Yoora menuju ke bagian pasti kenikmatan.

Yoora menggigit bibir bawahnya, menahan desahan kenikmatannya sendiri akibat permainan langsung Donghae.

Tidak tahan, ia membuka bajunya sendiri beserta bra.

Donghae bersiul pelan.

“Kau mau menggodaku?”

“ssshh…apa..ahh..maksudmu..”

Jemari nakal Donghae menekan-nekan klitoris Yoora, sesekali dielusnya, dan terkadang diberinya cubitan kecil yang membuat tubuh Yoora menggeliat.

“Maksudku?”

Donghae tidak langsung menjawab, ia mulutnya masih asyik bermain di area leher dan bahu Yoora.

“Maksudku..ini..” jawab Donghae lalu menekan puting Yoora dengan tangannya yang bebas.

Yoora terkesiap.

“Kau suka?”tanya Donghae.

Tanpa menunggu jawaban Yoora, Donghae langsung menghisap payudara kanan Yoora, dihisapnya pelan sambil dimainkan dengan lidahnya di dalamnya.

Desahan Yoora semakin kencang terdengar, dan saat itu Donghae memanfaatkannya untuk memasukkan kedua jarinya.

“aaacckk!! Oppa appasseo…”erang Yoora merasa kesakitan.

Donghae mencium bibirnya lembut

Dan Yoora merasakannya, ketika rasa sakit itu berubah menjadi nikmat, ia mendsah.

Pinggulnya ia gerakkan berlawanan dengan arah tusukan jari Donghae.

Ditambah dengan rangsangan di kedua payudaranya membuat Yoora hampir mencapai klimaks

“Bertahanlah..” ujar Donghae lalu mulutnya kembali memainkan payudara kanan milik Yoora dan tangan kirinya memainkan nipple kiri Yoora.

Kedua jemari Donghae mengaduk-adukliang kenikmatan Yoora.

“Aahh..oppa..aku mau..ahh..mmhh.”

Tahu Yoora akan mencapai klimaks, Donghae justru mengeluarkan jarinya dan menghentikan semua aksi rangsangan pada dada Yoora.

“Oppa? Kenapa ber..AAACCKK!!”

Yoora berteriak karena tanpa ijin Donghae langsung memasukkan juniornya dan mendorongnya sekuat tenaga sampai seluruhnya muat di vagina Yoora.

“Mianhae,..mani appo? Aku sengaja cepat melakukannya, aku takut kalau pelan justru membuatnya lebih sakit.”

Donghae menghapus air mata Yoora.

Ia sebenarnya kasihan, namun ini keinginan gadis itu, keinginan terakhir sebelum gadis itu milik orang lain.

Yoora menggeleng pelan, ia menarik wajah Donghae pelan.

Diciumnya bibir Donghae dan ia berusaha untuk meresapi ciuman itu untuk mengurangi rasa sakitnya.

Donghae yang juga mengetahui tujuan gadis itu menciumnya, kembali memainkan nipple Yoora dengan kedua tangannya yang kini bebas.

Donghae merasa juniornya terasa sesak di dalam vagina Yoora dan ingin segera menggerakkannya, namun ia takut akan menyakiti gadis yang dicintainya.

Diluar dugaan, Yoora yang juga merasa vaginanya penuh oleh benda asing, menggoyangkan pinggulnya pelan.

Menganggap itu sinyal positif, Donghae juga mulai menggerakkan piggulnya perlahan.

“Eeerrgh…ahhh”

Erangan dan desahan mereka berdua terdengar bersamaan ketika sakit dan nikmat mereka dapatkan sekaligus dari gesekan organ sensitif mereka yang kini menyatu.

Perlahan sodokan alat kejantanan Donghae berubah menjadi semakin cepat dan kuat.

Badan keduanya berguncang berirama dengan derit ranjang dibawah mereka.

“ungh..ahh..yah,lebih cepat lagi..ahh..nikmat..” racau Yoora.

Donghae menggigit bibir bawahnya, menahan desahannya akibat juniornya yang terasa dijepit kuat oleh vagina Yoora.

“ahh..oppa..aku mau..nghh..ahh”

Donghae mempercepat sodokannya.

Yoora menggigit bahu Donghae dan tangannya mencakar punggung Donghae ketika gelombang kenikmatan melandanya dan membuatnya orgasme yang pertama.

Donghae tersenyum, lalu mencium bibir Yoora lembut sementara pinggulnya masih menyodok-nyodok pelan vagina Yoora.

Ia masih belum mencapai ejakulasi pertamanya.

“giliranku.” ujar Yoora lalu mengeluarkan penis Donghae dari dalam vaginanya.

Yoora menjilatinya, membersihkannya dari cairan orgasmenya yang bercampur dengan darah.

“eerrggh..Yoora-ah..masukkan kedalam mulutmu..” erang Donghae.

Yoora menurutinya, dimasukkan junior Donghae yang lebih besar daripada mulutnya itu, kemudian mulai dikeluarmasukkannya.

Sesekali Yoora menghisapnya kuat yang disambung dengan erang kenikmatan dDonghae.

Beberapa saat kemudian, baik Donghae maupun Yoora menyadari bahwa batang junior Donghae mulai berkedut.

Donghae mengeluarkan juniornya dari mulut Yoora, berusaha menenangkan gejolak nafsu dalam dirinya.

“Waeyo oppa?”

Donghae kemudian menggendong Yoora ke kamar mandi. Diberdirikannya dibawah shower, dan dinyalakannya hingga air membasahi tubuh mereka berdua yang telanjang.

“Oppa..chubda..” ujar Yoora

“Nanti akan nikmat.” jawab Donghae lalu melumat bibir Yoora.

Tangannya kembali menggerayangi titik-titik dimana wanita akan merasa gairahnya tersulut.

“Ahhh….Oppa…. Jangan-jangan main ahhhhh ma..in…” desah Yoora.

Tubuh Yoora sedikit merosot, namun Donghae yang mengetahuinya segera mengubah posisi mereka.

Ia melingkarkan kedua kaki Yoora ke pinggangnya.

Bersamaan dengan itu ditusukkannya kembali juniornya yang sudah sangat tegang itu ke dalam organ kewanitaan Yoora.

“Errghhh!!!!”

Keduanya mendesah bersamaan atas sensasi yang mereka dapatkan.

Bersama, bergerak berpacu mengejar kenikmatan duniawi.

Yoora terus mendesah, memanggil nama Donghae dalam rasa kenikmatan yang ia alami, membuat namja yang dipanggilnya ikut bergairah.

“Ohh…ppa..lli…ppa..lli…aku..ahhhh..”

Donghae menggerakkannya semakin cepat.

Dan kemudian, Donghae menyemburkan jutaan spermanya beberapa detik setelah Yoora mengalami klimaks.

Yoora mendesah panjang, atas kenikmatan berganda yang telah ia rasakan.

Hingga rasa itu mulai pudar, keduanya terengah-engah, tersenyum saling menatap satu sama lain.

“Gomawo…Han Yoora, saranghae..” ucap Donghae pelan, sambil melepaskan juniornya.

“Nado oppa… Oppa aku capek.. dingin..”

“Mandilah dulu, baru setelah itu kau boleh tidur..” ujar Donghae lalu menggendong Yoora dan meletakknya di bath tub.

“Mandikan?” tanya Yoora sambil menunjukkan pose aegyonya.

“Aigoo, neo ahs jinjjaa..”

Donghae mengacak rambut Yoora karena gemas

***

“Oppa.. boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Yoora sambil menatap Donghae.

Mereka kini sedang berbaring di ranjang milik Donghae.

Donghae balas menatap Yoora lembut, jemari tangannya mengelus pipi kekasihnya perlahan, seolah gadis itu adalah barang porselen yang rapuh.

“Apa aku pernah melarangmu menanyakan sesuatu?” tanyanya balik.

Yoora tersenyum.

“Kalau nanti aku meninggalkan oppa, apakah oppa akan mencari gadis lain sebagai penggantiku?”

Senyum di wajah Donghae memudar, ia bergerak sedikit, merasa tidak nyaman atas pertanyaan Yoora.

“Kenapa kau menanyakan itu?” tanya Donghae.

“Aku minta oppa mencari gadis lain.” sahut Yoora cepat.

“Nanti aku akan menikah dengan namja lain, aku akan berusaha menemukan kebahagiaanku sendiri walau itu tidak dengan oppa, jadi aku mau minta kepada oppa untuk menemukan kebahagiaan oppa sendiri juga.”

Donghae menghela napas keras, ia benci topik mengenai perpisahan.

“Maukah oppa berjanji untukku? Kalau oppa tidak mau berjanji aku akan merasa sangat bersalah dan aku tidak akan pernah bahagia.”

Donghae menatap tajam Yoora, yang dibalas dengan tatapan memohon.

Namja itu menghembuskan napasnya lagi, pasrah.

“Ye, yaksokhaeyo..” ucap Donghae pelan.

“Ahh.. gomawo oppa..”

Donghae mengecup kening Yoora sekilas.

“Ye… Sekarang tidurlah, kau pasti capek.”

Yoora memeluk pinggang Donghae yang dibalas pelukan di punggung Yoora.

“Jal jayo Lee Donghae.”

“Hmm.. sweet dream my princess..”

“I will..”

***

Donghae mengerjapkan matanya, ia menggeliat sedikit.

Tubuhnya terasa sakit dan pegal.

Pasti karena permainan semalam, pikirnya.

Donghae menoleh, menatap wajah gadisnya yang masih memejamkan matanya. Ia pun tersenyum dan menjulurkan jemarinya untuk mengelus pipi Yoora.

Namun sedetik kemudian hatinya mencelos.

Apa yang disentuhnya terasa dingin.

Ditekannya lebih keras dan dicobanya menyentuh daerah lain yang seharusnya lebih hangat, namun semuanya sama.

Dingin.

“Han Yoora.. Ireona..” panggilnya sembari mengguncang-guncangkan tubuh Yoora.

Namun gadis itu bergeming, tetap memejamkan matanya seperti ada lem yang telah merekatkan kedua kelopak matanya.

“DEMI TUHAN HAN YOORA KAU HARUS BANGUN !!!”

***

Donghae terduduk di kamarnya, matanya nanar menatap sekeliling ruangan kamarnya.

Ia masih bisa merasakan tawa dan senyum Yoora di ruangan itu.

“Apa kau masih bisa mendengarku? Kumohon jawab aku..” bisiknya pelan.

Tapi tidak ada yang terjadi.

“Kau bilang kau akan mencari kebahagiaanmu sendiri walau tidak denganku, lalu kenapa kau justru meninggalkanku selamanya?”

Donghae menghela napas berat, namun tidak ada rasa lega di dadanya. Seolah beban berat itu masih menghimpitnya dan akan terus menghantui selama hidupnya.

Seketika tatapan Donghae tertuju pada meja kerjanya, di sana, tergeletak sebuah buku.

Ia heran, buku itu, sudah lama tidak ia buka.

Donghae pun bangkit, bergerak untuk mengambil buku itu.

Dan akhirnya ditemukannya surat terakhir dari kekasihnya, apa yang biasa disebut orang dengan surat wasiat.

“Annyeong Lee Donghae yang tampan..

Aku tahu saat ini kau pasti bersedih dan menangis..

Aku tidak akan menyuruhmu untuk berhenti menangis,

itu adalah salah satu keahlianmu, Tuan Fishy..

Jangan menyalahkan dirimu atas kepergianku.

Kematianku adalah keputusanku seutuhnya..

Mungkin kau menganggapku bodoh memilih keputusan untuk mengakhiri hidupku.. Tapi seperti yang aku bilang, aku mencari kebahagiaanku sendiri. Dan inilah kebahagiaanku…

Aku punya permintaan lagi oppa, gunakan sumsum tulang belakangku..

Aku tidak tahu kenapa kau menyembunyikan penyakitmu dariku, tapi aku mengetahuinya.

Kau ingat saat mendapat undangan untuk pemeriksaan kesehatan di rumah sakit beberapa waktu lalu? Waktu itu aku yang memintanya, aku mengetes kecocokan sumsum kita.

Aku tidak tahu apakah ini yang namanya jodoh ataukah takdir, tapi hasilnya cocok.

Nenek peramal kemarin bilang, aku akan mati di pelukan orang yang aku cintai.

Ya, beliau membicarakan aku, bukan dirimu..

Kumohon, ambillah sumsumku.. jadikan kita satu..

Setelah itu, pergilah mencari kebahagiaanmu yang lain, aku akan bahagia, jika kau bahagia… karena aku akan terus ada di dalam dirimu..

aduh, sepertinya obat yang aku minum sudah mulai bereaksi.. haha..

ah ya, kalau keluargaku menuntutmu, tunjukkan saja surat ini, aku melakukannya dengan kesadaranku..

jangan menangis terlalu lama, orang-orang dan juga aku, akan merindukan senyummu.. tersenyumlah..

dari gadis yang mencintaimu selamanya,

Han Yoora.”

Butir-butir airmata Donghae kembali jatuh, ia merengkuh surat itu ke dalam pelukannya.

Membayangkan memeluk tubuh Yoora yang masih hangat.

Selamanya, pikirnya, ia tidak akan melenyapkan gadis itu, gadis yang pernah mengisi hari-harinya dengan keceriaan.

***

82 thoughts on “[FF NC] The First and The Last

  1. aish jinjja !
    Ini ff bener2 bikin nyesek u.u
    Oppa gua yg biasanya cengeng jadi tambah cengeng #dilempar duit =D

    Aish author, kau mmbuatku galau, xixixi
    Lanjutkan karyamu yah thor .. Fighting ! =D

  2. Ceritanya keren saya hanya gak suka di bagian korea nc nya..saya hanya suka di awal dan di endingnya bagian yang sedih..bisakah km membuat cerita yang hanya sedikit nc nya..saya ingin ceritanya saja bkn nc nya

  3. Gue suka nii ff, keren + menedihkan dehh ceriita.a.. Hhe” jarang” adda yg kaya giini .. Debak thorr =))
    belajar lagii, biar adda yg lebiih bagus darii ini ..
    *gamsa

  4. suerr!! keren nc nya, ada yoora yg meninggal, tp gimana dia bisa punya perasaan kaya gitu? firasatnya kayak kuat bgt gitu.. ini nc bukan sekedar nc deh! johaseoyo!!

  5. Donghaeeee…..andweee!!!
    Kenapa sad ending sieh..kyaaa ga rela donghae dtinggal sndirian bgtu…
    Keren author..ku kira bneran mw djodohin dy..
    Keep fighting!

  6. Huwaaaaaa sad ending T_________T
    Arh kasian babang hae, udah deh oppa jangan ambil tulang sumsum yoora, biar kalian bhagia disana huwaaa T.T
    daebak thor!

  7. Hikks… sedih bget critax chingu….
    annyeong. . . Reader bru imnida, sprtix saia nyasar k sini chingu#plakss
    bangapta^^. . .

  8. kirain donghae yg meninggal
    terinya yoora…
    yoora…
    KENAPA YA TUHAAAAAANNN?
    KENAPA THOR?
    KENAPAAAAAHHH????

    *pukpuk donghae*

    aduh keren thor,
    sangat unexpected!
    :’)
    keep on writing!
    fighting!!!

  9. Wahhh sedihhh amat endingnya , jadi yoora sngaja bunuh diri supaya sumsum tulang belakangnya bisa didonorin k donghae atau karna dia gaaa maau d jodohin ?? Tapi sesuai sama judulnya ‘the first and the last’ ditunggu ff lainnya yaaa thor 🙂

  10. Aaa keren meski sad ending,dari awal aku dah punya pirasat buruk ama ni ff ekh ternyata emang bener bener sad hiks,tp aku suka fell nya dapet banget alurnya juga ga cepat jd pembaca bisa nikmatin ama bisa berimajinasi kkkk ok lah tetap semangt ya thor dan terus pertahankan agar alur setiap ff nya ga terburu buru ya,dan ff love’s loan nya di tunggu selalu 🙂 hwaiting thor

  11. Sedih banget ceritanya, jd Yoora itu tertekan oleh permintaan keluarganya bhw ia akan dijodohkan pdhl ia sdh pny pacar yaitu Donghae oppa, dgn kesadaran penuh mrk melakukannya dan stlh hal itu pula Yoora scr tdk lsg bunuh diri

Leave a reply to Clouds of Yesung Cancel reply