[FF NC/21/Scene 2] After The Night

Genre : Yadong 21, Romance

Casts : Lee Hyukjae, Jang Jinhye

ini part terakhir maaf kalo ga memuaskan ^^

happy reading, ditunggu kritik sarannya

 

DO NOT PLAGIAT

 

 

Hyukjae menghela napas panjang yang sudah sekian kali ia lakukan sepanjang hari ini.

Aktivitas wanita itu menunjukkan tanda-tanda hiatus. Tidak ada hal yang menonjol dilakukannya. Jinhye hanya keluar untuk membeli bahan makanan, dan selebihnya wanita itu terus mengurung diri di dalam rumahnya.

“Apa yang sebenarnya sedang ia kerjakan?” gumam Hyukjae penasaran.

Ia merindukan Jinhye, tidak diragukan lagi. Namun ego sebagai pria menahannya untuk menemui wanita itu.

Teleponnya tiba-tiba berdering, Hyukjae berniat mengabaikannya, namun terus berdering.

Deringan keenam ia mengangkatnya.

“ne, Yeobsoyo?”

“Hyukjae-ssi… bisa,,bisakah kau kesini?” tanya orang di seberang dengan cepat.

Hyukjae tersenyum.

Jang Jinhye, kenapa dia meneleponku? Apa ia sudah memaafkan kejadian malam itu? pikir Hyukjae.

“Wae geurae?” tanya Hyukjae.

“A..aku takut, a..ada.. ah putakhaeyo!!” jawab Jinhye dengan suara mendesak.

Hyukjae menangkap nada takut dari suara Jinhye, ia tersenyum, wanita itu akhirnya mengakui kalau membutuhkan dirinya.

“arrasseo aku ke sana sekarang.”

Hyukjae bangkit, berjalan cepat ke area parkir, mengabaikan sapaan karyawan-karyawannya.

Hatinya berbunga-bunga. Jang Jinhye meneleponnya, karena membutuhkannya, entah karena apa tapi ia dipanggil dan wanita itu memerlukan pertolongannya.

Senyum Hyukjae mengembang mengetahui Jinhye yang menunggunya di teras dan langsung berdiri melihat mobilnya memasuki halaman.

Namun senyum Hyukjae perlahan menghilang ketika wajah pucat Jinhye semakin terlihat jelas ketika ia mendekat.

Tubuh wanita itu juga sedikit gemetar, dengan ekspresi wajah yang menyiratkan kecemasan dan ketakutan.

“Wae geurae?” tanya Hyukjae.

“Di..dalam.. a..da … bangkai..”

Hyukjae tersenyum simpul.

Bangkai,hanya karena bangkai wanita ini sampai meneleponku, pikirnya.

“Eodie?” tanyanya.

“Di atas meja makan.. di .. dapur…” jawab Jinhye lirih.

“Tenanglah aku akan membereskannya.”

Hyukjae masuk, namun ketika mengetahui apa persisnya bangkai yang dimaksud, ia mengumpat keras-keras.

Buru-buru ia keluar, napasnya memburu menahan amarah yang memuncak.

“Siapa yang mengirimkannya?” tanya Hyukjae cepat.

Jinhye menggeleng.

“Tidak ada nama pengirim, ataupun alamat.. Tukang posnya juga tidak bilang apa-apa..”

Hyukjae serasa ingin meledak mendengar jawaban Jinhye, namun yang ia lakukan justru memeluk wanita itu, menenangkannya.

Hyukjae menelepon polisi lokal untuk menyelidiki siapa pengirim bangkai kucing hitam yang mati dengan cara dibunuh secara tragis itu.

“Kami akan berusaha untuk menemukan pengirimnya, tapi saya rasa akan membutuhkan waktu lama.”

Baik Jinhye maupun Hyukjae menyadari tatapan aneh dari sheriff yang sudah berumur 40-1n ini.

Hampir semua golongan tua di kota itu tahu insiden yang menyebabkan perseteruan yang tidak seimbang mengingat keluarga Lee mempunyai perusahaan dimana separuh dari warga kota bergantung, sementara keluarga Jang tragisnya terkenal karena keburukan kedua orang tua Jinhye.

“Cepat temukan dia, bagaimanapun caranya.” ucap Hyukjae.

Sheriff itu mengangguk lalu mohon diri untuk melanjutkan penyelidikan bersama anak buahnya.

Hyukjae berbalik menghadap Jinhye.

“Bangkainya sudah dibawa pergi, polisi juga sudah memulai penyelidikan, aku sudah tidak ada urusan lagi di sini, kalau begitu… aku pulang.”

Hyukjae menanti jawaban Jinhye tapi gadis itu hanya menunduk, Hyukjae bahkan ragu wanita itu mendengarkannya.

Namun ketika ia berbalik untuk pergi, Jinhye justru memegang kain belakang jasnya, menahannya untuk tinggal.

Hyukjae menoleh, wanita itu masih menunduk, seolah tidak sadar apa yang telah dilakukannya.

Hyukjae kembali memeluknya, kali ini lebih erat.

Dan seketika pertahanan Jinhye runtuh, tangisnya pecah. Hyukjae menggiringnya masuk ke dalam rumah, menemani Jinhye menumpahkan semua emosinya yang terpendam.

***

Jinhye bergerak sedikit dalam pelukan Hyukjae. Kemudian perlahan menjauhkan diri.

“Mianhae.. aku sudah merepotkanmu. Kurasa aku sudah tidak apa-apa. Kau… Kau pulanglah…” ujar Jinhye pelan.

Hyukjae ragu apa dirinya bisa meninggalkan wanita ini sendirian.

Jawaban itu muncul bersamaan dengan pertanyaan.

Tidak, tolak pikirannya keras.

“Kurasa aku akan bermalam di sini, jika kau tidak keberatan.. Aku bisa tidur dimana saja, kau tidak usah memikirkannya. dan aku janji tidak akan berbuat macam-macam kepadamu.”

Jinhye menatap Hyukjae, mengira pria itu hanya bercanda atau bahkan meledeknya. Tapi tatapan pria itu sangat serius. Hati Jinhye sedikit bergetar.

“Ah baiklah.. Di sini ada kamar tamu, kau bisa memakainya.”

Hyukjae menjawabnya dengan anggukan.

Dan keduanya terdiam, terhipnotis oleh tatapan lawannya.

“Ah, boleh aku meminjam kamar mandi?” tanya Hyukjae canggung.

“Oh, ah tentu, tempatnya di sebelah dapur.”

Jinhye berdiri hendak mengantar, namun ditahan oleh Hyukjae.

“Akan kucari sendiri, kau duduk saja.”

Jinhye menatap punggung Hyukjae.

Mengijinkan pria yang menjadi obyek fantasi seksnya akhir-akhir ini yang sekaligus adalah musuh masa lalunya untuk menginap, ia tidak tahu dirinya disebut naif ataukah bodoh.

Tapi Hyukjae telah berbaik hati untuk menolongnya.

Jinhye masih belum melupakan malam itu, malam dimana Hyukjae memberinya kenikmatan sekaligus melecehkannya dalam satu waktu.

Namun yang telah dilakukan pria itu hari ini sungguh berbeda. Jinhye yakin Hyukjae berubah, tapi ia tidak yakin apakah itu hanya sebuah akting belaka atau benar-benar berubah.

“Sebaiknya aku membuatkannya minuman hangat, setidaknya untuk berterimakasih atas hari ini.” gumam Jinhye.

Suara gemericik air kembali membangkitkan imajinasi Jinhye.

Orang lain yang melihat tidak akan tahu bahwa Jinhye sedang melamun karena dia beraktivitas seperti orang biasa.

Ia menyeduh kopi, mengaduknya perlahan.

Bersamaan dengan terhentinya suara air, seketika imajinasi Jinhye terhenti.

“Omona ! Apa yang sudah aku pikirkan!!”

jinhye memukul kepalanya.

Ketika merasa yakin kesadaran dirinya pulih, Jinhye menganggukkan kepalanya.

Mengangkat cangkir kopi, hendak menyuguhkannya untuk Hyukjae.

“Kau kenapa?”

PYAARRR!! *suara cangkir pecah gitu ga sih? ._. apapundeh*

“Aigoo! Aigoo!! Neomu deowo !! Appeuda !!” jerit Jinhye.

Hyukjae sebenarnya tidak bermaksud mengagetkan Jinhye, namun ia heran dengan tingkah aneh wanita itu.

Jinhye menatap Hyukjae sedikit kesal.

“Kau sengaja ya?”

Hyujae tidak menjawab.

“Appo?”

Tanpa menunggu jawaban Jinhye, Hyukjae langsung membopong tubuh Jinhye ke wastafel terdekat.

Jinhye tidak melakukan penolakan sedikit pun, ia masih terkejut dengan perubahan sikap Hyukjae yang mendadak, ditambah lagi Hyukjae hanya bertelanjang dada setelah mandi, membuatnya kembali berimajinasi liar.

Hyukjae sedikit menyingkap rok Jinhye untuk membasuh paha Jinhye yang terkena air kopi panas dengan air dari wastafel.

“Kau ada salep untuk luka bakar?” tanya Hyukjae membuyarkan lamunan Jinhye.

“err.. eh ya, di kotak obat, di situ, rak paling ujung.” tunjuk Jinhye.

Hyukjae kembali membopong Jinhye, mendudukkannya di atas meja makan, lalu mengambil salep yang dimaksud.

“Hyukjae-ssi, aku bisa sendiri.” ujar Jinhye ketika Hyukjae membuka tutup wadah salep.

“Sudahlah, ini kan karena aku.” jawab Hyukjae lalu kembali menyingkap rok Jinhye sedikit dan mengoleskan salepnya.

Dan ketika jemari Hyukjae menyentuh pahanya, gairah Jinhye kembali datang melandanya.

“Appo?” tanya Hyukjae salah paham ketika Jinhye menggigit bibirnya.

Jinhye hanya memberi gelengan lemah.

lama-lama Jinhye merasa jemari Hyukjae sedikit menekan kulitnya, dilihatnya mata Hyukjae juga sedikit tidak fokus.

“Hyukjae-ssi.. kurasa ini cukup, err… gomawo..” ujar Jinhye sedikit keras menepis tangan Hyukjae lalu turun dari meja makan.

Jinhye takut ia akan lepas kontrol jika berada di dekat Hyukjae, maka sekarang ia memilih untuk kembali ke kamarnya.

“Jinhye…” panggil Hyukjae, cukup untuk menghentikan langkah Jinhye namun Jinhye tidak berani untuk menoleh.

“Nde?”

Tidak ada jawaban dari Hyukjae, hampir membuat Jinhye melanjutkan langkahnya ketika sepasang lengan kekar mendekapnya erat dari belakang.

Jinhye menahan napas, jantungnya berdegup kencang dan darah seolah mengalir deras menuju selangkangannya ketika aliran udara menerpa tengkuknya.

“Bisakah kau menjawab jujur?” bisik Hyukjae tepat di sebelah telinga Jinhye, membuat wanita itu hampir saja kelepasan untuk mendesah.

Jinhye hanya menggigit bibir, tidak berani untuk membuka mulutnya, takut jika suara desahanlah yang justru keluar dari mulutnya.

“Apa kau mencintaiku?” tanya hyukjae.

Diam, Jinhye tetap tidak mau menjawab walau benaknya dipenuhi keheranan atas pertanyaan Hyukjae.

“Kumohon Jinhye-ya.. Jawab aku.. apa kau mencintaiku?” ulang hyukjae.

Diamnya Jinhye membuat Hyukjae frustasi.

“Arrasseo, kau membenciku, maafkan kelakuanku malam itu, tapi aku tidak menyesal, jika kau menyuruhku bertanggung jawab, akan kulakukan. Aku akan selalu melindungimu karena aku mencintaimu, Jinhye-ya..”

Wanita itu tetap tidak memberi respon. Hyukjae melepaskan dekapannya.

“Mungkin kau tidak menyukai kata-kataku tadi, maaf aku..”

Jinhye melumat bibir Hyukjae, mengalungkan kedua lengannya ke leher Hyukjae agar namja itu tidak melepaskan ciumannya.

Ekspresi terkejut milik Hyukjae tidak bertahan lama karena pria itu membalas dengan melumat bibir Jinhye.

Gairah itu bertemu, gairah yang sama yang selalu mereka pendam ingin mereka ungkapkan dalam satu ciuman panas.

Tanpa Jinhye sadari Hyukjae sudah menggendongnya ke kamar, merebahkannya ke ranjang tanpa sekalipun melepas ciuman mereka.

Gesekan tubuh yang mereka alami di malam itu seperti candu,mereka menginginkannya lagi, bahkan lebih dan lebih.

Bibir dan lidah Hyukjae masih sibuk untuk menelusuri seluruh rongga mulut Jinhye sementara tangannya dengan cepat membuka kancing kemeja Jinhye, melepasnya dengan cepat.

Dan ketika semuanya terbuka, dengan cepat Hyukjae melepas ciumannya dan beralih untuk mencium leher Jinhye membuat wanita itu mengerang.

Hyukjae menyukai erangan Jinhye, seksi namun rapuh, Hyukjae ingin agar erangan itu hanya untuknya, dan ia bersumpah tidak akan membiarkan Jinhye dilindungi oleh pria manapun selain dirinya.

Jemari Hyukjae perlahan menelusuri perut Jinhye, Jinhye menggeliat.

Dada terbuka milik hyukjae menjadi sasaran balas dendam Jinhye.

Pertama adalah abs Hyukjae, sentuhan lembut dari jemari lentik Jinhye berhasil membuat Hyukjae sedikit menggeram.

Wanita ini tahu apa yang menjadi kelemahan sensualku, pikir Hyukjae.

hanya kecupan ringan di leher jinhye dan sentuhan di perut Hyujae sudah berhasil membuat selangkangan Jinhye basah dan membangkitkan alat vital Hyukjae.

namun mereka tidak ingin terburu-buru kali ini, tidak mengingat malam masih panjang untuk mereka.

***

Jemari Jinhye bergerak perlahan menyusuri lekuk tubuh Hyukjae.

Desah napas Hyukjae yang semula teratur berubah menjadi agak sedikit memburu.

“Geumanhae..” suara Hyukjae terdengar serak namun seksi, tangannya menangkap jemari Jinhye.

“Bukankah kau sudah tidur?” tanya Jinhye sedikit terkejut.

Hyukjae sedikit mengubah posisi tidurnya, lebih mendekatkan dirinya pada Jinhye. Sekilas, dikecupnya bibir Jinhye.

“Tadinya, tapi kau menggodaku.” ujar Hyukjae sembari tersenyum jahil.

Muka Jinhye memerah.

“Aku tidak menggodamu..”

Hyukjae terkekeh.

“Tidurlah, kita sudah melakukan 10 ronde apa kau tidak merasa lelah?” tanya Hyukjae yang langsung disambut dengan pukulan ringan di dadanya oleh Jinhye.

“Kita tidak melakukannya sebanyak itu.”  Ujar Jinhye lalu mengerucutkan bibirnya.

Hyukjae kembali mengecup bibir Jinhye sekilas.

“oh benar.. mungkin aku yang ingin melakukannya sebanyak itu.”

Hyukjae tertawa melihat mata Jinhye yang melotot saat ia mengatakan kalimat itu.

Melihat tawa renyah Hyukjae, Jinhye jadi ikut tertawa. Tawa mereka berdua berakibat lain. Tubuh mereka bergesekan.

Seketika mereka berdua terdiam, saling menatap, seolah keduanya tahu apa yang sama-sama terjadi terhadap tubuh mereka.

Hyukjae yang memulainya, direngkuhnya wajah Jinhye, menciumnya lembut yang langsung dibalas Jinhye dengan ciuman yang lebih menuntut.

Jinhye mendorong tubuh Hyukjae pelan, memposisikan tubuhnya tepat di atas Hyukjae.

Hyukjae tersenyum penuh arti.

“Apa kau ingin mengabulkannya?” tanya Hyukjae.

“mengabulkan apa?” tanya Jinhye dengan wajah tidak mengerti.

“Sepuluh ronde…” jawab Hyukjae singkat lalu kembali melumat bibir Jinhye.

Jinhye mendorong wajah Hyukjae, menatapnya dengan tatapan seduktif.

“memangnya kau masih sanggup memuaskanku sampai ronde kesepuluh?” tanyanya sembari mengelus lekuk wajah Hyukjae dengan telunjuknya.

Dengan gerakan cepat Hyukjae membalik posisinya, gilirannya menindih Jinhye.

“Meremehkanku, Nona? Jangan salahkan aku kalau kau pingsan.”

Tanpa memberi kesempatan Jinhye untuk menjawab, Hyukjae mengulum bibir Jinhye, dengan sebelah tangannya disatukannya kedua tangan Jinhye.

Hyukjae melepas ciumannya, menatap Jinhye lembut, tersenyum menyeringai, menampilkan susunan giginya yang rapi.

“jangan mempermainkanku.” Ujar Jinhye kecewa dengan tingkah Hyukjae yang terkesan sedang mempermainkannya.

Hyukjae tersenyum sekilas lalu kembali mengecup bibir Jinhye.

Kecupannya berpindah, menyusuri lekuk dagu Jinhye, mengecup leher wanita itu.

Jinhye memejamkan matanya, tubuhnya kembali bergetar, gairahnya kembali, merayapi bagian-bagian sensitifnya memohon dalam hatinya agar Hyukjae menyentuhnya lagi.

Jemari Hyukjae bergerak perlahan, menggelitiki perut datar Jinhye, merayapi dadanya perlahan.

“eeennngghhh.” Erang Jinhye.

Hyukjae tersenyum puas. Bibirnya kembali mempermainkan leher Jinhye, dihisapnya perlahan bekas-bekas kemerahan yang telah ia buat beberapa jam sebelumnya.

Telunjuk Hyukjae, sementara itu, mempermainkan nipple Jinhye. Dielusnya perlahan bagian yang menonjol itu, terkadang dimainkannya, memelintirnya, mencubitnya pelan membuat erangan Jinhye lebih keras.

Jinhye tidak ingin hanya Hyukjae yang menguasainya, jemari lentiknya mengusap abs Hyukjae, perlahan jemarinya menuruni perut Hyukjae menuju selangkangan. Hyukjae menahan napasnya dan seketika Jinhye menghentikan aksinya.

Hyukjae melepas ciumannya, mengerang kecewa.

“Wae?” tanya Jinhye dengan ekspresi tanpa bersalah.

Hyukjae menggelengkan kepalanya.

Wanita ini balas mempermainkannya, pikirnya.

Hyukjae menatap Jinhye tajam,

“Kau tidak bisa mempermainkanku Jang Jinhye.” Ujarnya lalu dengan gerakan cepat ia mengulum nipple Jinhye.

Jinhye terkesiap.

“Unngh.. ahh… Hyuk..ahh..” desah Jinhye.

Hyukjae mengisap pelan nipple kanan Jinhye, menjilatnya, memainkannya di dalam mulutnya sementara sebelah tangannya memainkan nipple kiri wanita itu.

“ahh!! Hyuk…ahhhh…” erang Jinhye lebih keras ketika ketiga jari Hyukjae memasuki lubangnya sekaligus.

Hyukjae menggerakkan tangannya dengan cepat, seolah tidak rela membiarkan Jinhye bernapas lega untuk sedetik.Hyukjae benar-benar telah menguasai Jinhye.

Jinhye meremas rambut Hyukjae, mendorong kepala pria itu seakan meminta pria itu untuk melahap dada kanannya. Tangannya yang lain, sementara itu, langsung meremas alat vital Hyukjae, mengocoknya cepat, seirama dengan kocokan jemari Hyukjae di lubang miliknya.

“Eeerrrrmhh…” geram Hyukjae penuh kenikmatan.

“Geu..manhae…ahh..” ucap Jinhye kepayahan di antaran desahannya.

Hyukjae mengacuhkannya, terus mendesak Jinhye agar mencapai klimaks terlebih dulu, namun Jinhye mendorong badan hyukjae pelan.

Hyukjae menatap Jinhye penuh tanda tanya.

“Kau tidak ingin…”

Jinhye mencium bibir Hyukjae, menggigitnya pelan, mengisapnya lembut, namun ia menarik tubuhnya ketika terlihat respon Hyukjae.

Lagi-lagi terlihat wajah tanda tanya Hyukjae, sekaligus ekspresi terluka karena merasa ditolak.

Jinhye mendekatkan wajahnya.

“Lakukan sekarang… Jangan main-main lagi…” bisiknya lalu menjilat daun telinga Hyukjae dan mengulumnya. Jemari lentiknya menggelitiki punggung Hyukjae yang telanjang.

“Jika itu maumu..” jawab Hyukjae pelan lalu merebahkan badan Jinhye,ditekuk dan dilebarkannya kedua kaki Jinhye.

Dilihatnya sekilas vagina Jinhye yang memerah, wanita ini tidak akan tahan menghadapi permainan yang lama, tidak karena ia bukan pria yang tega menyiksa organ vital wanita. Satu permainan dan itu cukup. Masih ada hari esok dan seterusnya. Ia, Lee Hyukjae, tidak akan melepaskan Jang Jinhye sampai akhir hidupnya.

Hyukjae mencium bibir Jinhye lagi selagi tubuh bagian bawahnya berusaha melakukan penyatuan untuk yang kesekian untuk malam itu.

“Eeerrrgghhhh…” erang keduanya ketika penyatuannya sempurna.

Hyukjae mengecup kening Jinhye, mencium puncak hidungnya ketika Jinhye dengan tidak sabar menggerakkan pinggulnya, menggesekkan kedua organ vital mereka berdua.

Hyukjae kembali menggeram, dibalasnya tingkah Jinhye dengan memberi sodokan yang cepat, juniornya menghujam tajam.

“Ah..ah Hyuk..uhh…” desah Jinhye penuh kenikmatan.

Hyukjae menatapnya, wajah erotis milik Jinhye yang sedang dilanda nafsu yang menyebabkan miliknya semakin keras dan tegang.

Ia kembali mempermainkan dada Jinhye, meremasnya pelan, mencubit nipplenya, mencium, mengulum bahkan menghisapnya dengan kuat.

Jinhye meremas rambut Hyukjae, dilingkarkannya kedua kakinya di pinggul Hyukjae agar lebih leluasa.

Keduanya menaikkan tempo gerakan pinggul mereka, berlomba mendesah seseksi mungkin, merangsang lawan mainnya untuk mencapai klimaks.

Sampai beberapa saat kemudian organ milik keduanya saling berkedut.

“A..aku ah..aku…akan..” Jinhye bahkan tidak dapat bicara sempurna karena desakan klimaks yang segera datang.

Tanpa meminta ijin, Hyukjae mencabut penisnya, dengan segera ia memosisikan wajahnya tepat di depan vagina Jinhye, mengecupnya pelan sebelum akhirnya ia menghisapnya dengan kuat.

Wajah heran dan kecewa Jinhye langsung tergantikan dengan erangan panjang penuh kenikmatan.

Cairan orgasmenya mengalir keluar yang langsung ditampung oleh mulut Hyukjae. Hyukjae terus mengisap cairan yang dirasanya enak itu sampai kemudian Jinhye mendorongnya.

Jinhye menatap Hyukjae sekilas, seolah menantangnya. Ia tersenyum dan langsung mengulum junior Hyukjae.

Dikocoknya di dalam mulutnya dengan cepat, sesekali dijilatinya ujung junior Hyukjae.

“eergh.. terus…Jinhye-ya..eerrrggghhh..” erang Hyukjae sambil meremas rambut Jinhye.

Jinhye mempercepat tempo kocokannya, dirasakannya benda yang sedang ia kulum itu berkedut cepat, ia pun menghisap kulup junior Hyukjae dengan kuat, meremas pangkal penisnya.

Hyukjae menggeram dengan keras saat spermanya menyembur memasuki mulut mungil Jinhye.

Diciumnya bibir Jinhye untuk mentransfer sebagian cairan kenikmatan miliknya sendiri.

Terengah, Hyukjae mendorong Jinhye lembut untuk berbaring.

“Kau capek?” tanya Hyukjae setelah beberapa menit mereka terdiam.

Jinhye berguling ke samping, memeluk Hyukjae yang dibalas dengan pelukan yang sama oleh pria itu.

Jinhye mengangguk.

“tapi aku senang.” Lanjutnya sembari tersenyum lebar.

Hyukjae mengecup kening Jinhye.

“tidurlah, kau butuh istirahat.”ujarnya lembut.

“Kau juga butuh istirahat.” Ujar Jinhye kemudian menyembunyikan  wajahnya di pelukan Hyukjae, mencoba untuk tidur setelah malam yang panjang namun singkat baginya.

“Ya… kita butuh istirahat.”sahut Hyukjae yang kemudian juga memejamkan matanya.

***

Gerakan Hyukjae berhasil membangunkan Jinhye tanpa sengaja.

“Ng…” erangnya pelan.

“Kau sudah bangun? Maaf aku tidak bermaksud untuk membangunkanmu.” Ujar Hyukjae pelan.

“Selamat pagi, Nyonya Lee.” Lanjutnya lalu memberi kecupan di kening Jinhye.

“Nyo….nya.. Lee? “ Jinhye menyipitkan matanya menatap Hyukaje.

“Wae? Kau tidak menyukainya?”

Jinhye menggeleng.

“aku menyukainya, Cuma untuk saat ini rasanya itu panggilan yang aneh.”

Hyukjae terkekeh.

“kau harus membiasakan untuk mendengarnya mulai sekarang. Ngomong-ngomong aku sangat lapar.”

“Jam berapa sekarang?” tanya jinhye berusaha bangun namun kemudian ia kembali berbaring.

“Sekarang jam 11 siang. Gwaenchana?” tanya Hyukjae yang bergegas bangkit dari tidurnya menggeser posisinya lebih dekat.

Jinhye menganggguk.

“Aku hanya tidak menyangka efek permainan kita semalam sampai seperti ini.”

Hyukjae turun dari ranjang, keluar dari kamar dan kembali beberapa saat kemudian kembali dengan membawa balsem.

“Berbaringlah tengkurap.” Ujarnya pada Jinhye.

“Kau mau apa?” tanya Jinhye setelah tengkurap.

“Cobalah untuk rileks.” Kata Hyukjae.

Dioleskannya balsem pada punggung Jinhye lalu dipijatnya perlahan.

Seketika tubuh Jinhye menegang menerima pijatan Hyukjae. Tubuhnya menerima respon yang lain, bayangan aktivitas mereka beberapa jam yang lalu terngiang.

“Rileks Jinhye-ya, kau tidak mau mati karena kelaparan ketika sedang bercinta kan?” seloroh Hyukjae.

Jinhye mendengus. Ia mengambil napas panjang, berusaha merilekskan otot-ototnya, menikamati pijatan Hyukjae.

“Nah, selesai. Kita lihat apakah ada pengaruhnya untukmu.”

“sepertinya kau berbakat menjadi tukang pijat.”

Hyukjae mencubit pipi Jinhye.

“hanya untuk orang-orang tertentu.” Sahut Hyukjae sembari mengedipkan sebelah matanya.

Hyukjae menggendong Jinhye ke kamar mandi.

“Bersihkan dirimu lalu buatkan aku sesuatu, perutku sudah tidak dapat dikompromi lagi.” Ujar Hyukjae .

“kau tidak ikut mandi?” tanya Jinhye.

“Mandi bersama? Bukan ide yang baik untuk saat ini, Nyonya Lee. Tidak dengan perut lapar.” Ujar Hyukjae diiringi cengiran khasnya.

Jinhye memutar bola matanya lalu menutup pintu kamar mandi.

Jinhye membuatkan sandwich untuk sarapan mereka siang itu, sarapan sekaligus makan siang ketika giliran Hyukjae untuk membersihkan badannya.

“Kelihatannya enak.” Ujar Hyukjae yang tiba-tiba muncul lalu memeluk pinggang Jinhye.

“Ah kau sudah selesai mandi. Ayo cepat makanlah. Aku hanya bisa membuat ini untuk saat ini, bahan makanan yang ada di kulkas sudah habis.”

“tidak masalah.” Jawab Hyukjae lalu menduduki salah satu kursi.

“duduklah dan ayo isi perut kita.”sambungnya lagi pada Jinhye.

Hyukjae makan cukup banyak, tiga kali lipat dari yang dimakan Jinhye.

“ah… perutku kenyang sekali..” ujarnya saat itu berbaring di ranjang dan menepuk perutnya.

“Kau makan banyak sekali.”

“aku butuh stamina untuk malam ini.” Ujar Hyukjae asal disambut cubitan dari Jinhye.

“Apa yang akan kau….” suara bel pintu terdengar memutus perkataan Jinhye.

“tumben ada yang datang..” gumam Jinhye pelan lalu berjalan ke pintu depan diikuti Hyukjae.

Ternyata sheriff yang kemarin yang mengurusi kasus pengiriman bangkai kucing ke rumahnya.

“selamat siang. Ah anda di sini rupanya, bisa kita bicara sebentar Hyukjae-ssi?”

Hyukjae mengangguk, berjalan mengikuti sheriff tersebut ke tempat yang dirasanya pembicaraan mereka tidak akan terdengar oleh jinhye.

Raut wajah Hyukjae berubah-ubah. Shock, kecewa, marah, sedih bergantian muncul di wajahnya.

“Wae?” tanya Jinhye ketika Hyukjae kembali. Sheriff itu hanya mengangguk dari kejauhan kepada Jinhye sebagai wujud ijin untuk berpamitan yang dibalas anggukan yang sama oleh Jinhye.

Hyukjae menghela napasnya.

“Pelakunya adalah noonaku.”

Jinhye membulatkan matanya tidak percaya.

“Bagaimana…”

“Mereka menggeledah rumahku, atas ijinku tentunya, dan menemukan semua buktinya, dan sepertinya memang benar.. noona ku menjadi tidak waras sejak kematian omma.”

Jinhye bingung harus berkata apa, di satu sisi ia senang pelaku yang menerornya telah ditangkap, di sisi yang lain ia ikut sedih karena pelakunya justru satu-satunya kerabat Hyukjae yang tersisa.

Jinhye menggenggam tangan Hyukjae, Hyukjae menatapnya, tersenyum lembut.

‘Aku tidak apa-apa. Ayo sekarang ke kantor polisi. Kata sheriff kakakku terus menerus membicarakan peristiwa dulu. Peristiwa meninggalnya ayahku, dan katanya sepertinya ibumu tidak bersalah.”

“Aku tahu ibuku tidak bersalah. Aku hanya belum bisa membuktikannya padamu.”

“Kau tidak perlu membuktikan apa-apa. Kita hanya perlu mendengar kesaksian kakakku. Ayo kita pergi.”

Hyukjae mengambil jas dan kunci mobilnya, menggamit tangan Jinhye, berjalan beriringan menuju mobilnya.

“Kau siap untuk mendengarkan fakta lama yang baru terungkap?’  tanya Hyukjae.

Jinhye menatap Hyukjae tidak percaya.

“aku selalu menantikan saat ini tahu.”

Hyukjae terkekeh.

“Ya, aku sangat mengetahuinya, Jang Jinhye.”

***

45 thoughts on “[FF NC/21/Scene 2] After The Night

  1. baca lanjutabnya bikin makin penasaran ama sejarah mreka, walopun disinggung dikit itu malah bikin penasaran..
    bikin squelnyaa.. hihi…
    yang nc lagi trs critain kehidupan mreka selanjutnya.. ^^ #maruk
    hehe..

  2. aiish,krain msh hibernasi..kkk~
    “banyak yg harus kau tebus author karna kau telah membuat banyak reader penasaran dengan semua lanjutan ff-mu..huahaha..” *ketawa setan

  3. Aku digantung lagi sama author, buatin lanjutannya author. Eh itu hyukjae ma jinyhe cocok ya, sama-sama mesum. Hehehehehe #ketawa evil

  4. Halo aku pendatang baru…
    Hyukjae kayak tokoh novel romance suspense yg suka kubaca… Benci ma cwenya tp lama” malah ngejagain…
    Karakter Jinhye serasi bgt ma hyuk…sama” otaknya gak tahan godaan nafsu nih khihihihi…
    Konfliknya blom kelar…ayo perjelaskan donk penyelesaian konflikny…

  5. wah maap bru bsa koment d part ini cinggu mian..apa ini last part cinggu atw msh ada terusannya?ceritanya bgus tpi pov nya g bgt jelas,trus msh pnasaran sl knp ommanya jinhye bsa jd tersangka..trus gmana kelanjutannya nich cinggu?kl part ini end sekuelnya donk plis..pnasaran nich..

  6. Wahhh part 2nya lebih ke nc-nya , 🙂 trus siapa dong yg bunuh ayahnya eunhyuk , kok kakaknya eunhyuk bisa tau klo bukan ibunya jinhye yg bunuh ayahnya ? Apa jgn2 yg bunuh ayahnya itu ibunya eunhyuk ??

  7. wewww 10 ronde?? Ckckckkc ganas semua. Hahha aku suka sifat agresif jinhye #plakkk xD
    author ini agak nggantung, konfliknya lumayan kurang kaya’nya . But it’s nice story 😀

  8. Annyeong reader baru di sini plus ff pertama yg ku baca di blog ini salam kenal ya author sulas imnida wah keren ffnya hot lagi, suka ama cara penulisannya,aku ijin baca semua ff nya ya

  9. hiaaaa……… author bikin greget aj nih. Klihatannya ff2 di sini endingnya bikin greget smua. Abis ff forgive me skrg… ff after the night.
    Buatin sequelnya dong thor…. msh pingin tau ap yg terjadi dgn noonanya eunhyuk.
    Plis ya buatinnnn…. jalja… *-* :*

  10. Ternyata Ibu Jinhye tdk bersalah, Jinhye sendiri sgt yakin meskipun mrk org tdk pny tp mrk semua tdk pernah diajarkan u berbuat jahat seperti yg dituduhkan org2, smp2 mrk diusir dr wilayah tsb krn salah paham.. Hyukjae oppa srndiri sdh menyukai Jinhye sejak lama tp dendam dan salah paham membuat nya memandang Jinhye itu bersalah

Leave a reply to infiniteidentity Cancel reply